FAKULTAS EKONOMI BISNIS

FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS GUNADARMA

Minggu, 25 November 2012

SURGA DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU



Ibu adalah sesosok pahlawan tanpa tanda jasa atas anak-anaknya. Rela mengorbankan apapun demi kebahagiaan anaknya. Wanita yang selalu menjaga anaknya siang dan malam disela doa dan tangisnya. Sesosok wanita hebat yang telah mengalami tiga macam kepayahan dalam hidupnya. Yang pertama hamil,kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itulah kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar dari pada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits:
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Menurut Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)
Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliau berkata dalam kitabnya Al-Kabaair,
·         Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
·         Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
·         Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
·         Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya.
·         Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
·         Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
·         Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
·         Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
·         Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
·         Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
·         Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
·         Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
·         Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
·         Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
·         Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
·         Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
·         Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
·         Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
·         Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
·         Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak bisa dihitung. Tidak dapat dibeli oleh uang.
Manusia  mungkin tidak punya kapasitas untuk menghitung satu demi satu hak-hak yang dimiliki seorang ibu. Islam hanya menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin menghormati, memuliakan dan menyucikan kedudukan sang ibu dengan melakukan hal-hal terbaik yang dapat kita lakukan, demi kebahagiannya.
Begitu tingginya  derajat seorang Ibu sehingga Allah SWT memuliakannya. Bahwasanya  surga berada dibawah telapak kaki ibu,itu memang benar adanya.  Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap langkah anaknya, niscaya rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Bahwa ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.
“Arti : Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kpd kemurkaan orang tua” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]
Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti akan terkena do’a ibunya. Wal iyyadzubillaah..
Oleh karena itu jangan sampai terucap dari lisan ibumu do’a melainkan kebaikan dan keridhaan untukmu. Karena Allah mendengarkan do’a seorang ibu dan mengabulkannya. Dan dekatkanlah diri kita pada sang ibu dan ayah, berbaktilah, selagi masih ada waktu…
Referensi:
http://www.artikelislami.com/2010/04/berbakti-dan-sayang-kepada-ibu.html
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/ibumu-kemudian-ibumu-kemudian-ibumu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar