Ibu
adalah sesosok pahlawan tanpa tanda jasa atas anak-anaknya. Rela mengorbankan
apapun demi kebahagiaan anaknya. Wanita yang selalu menjaga anaknya siang dan
malam disela doa dan tangisnya. Sesosok wanita hebat yang telah mengalami tiga
macam kepayahan dalam hidupnya. Yang pertama hamil,kemudian melahirkan dan
selanjutnya menyusui. Karena itulah kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar
dari pada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan
dalam sebuah hadits:
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu,
belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti
pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang
tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’
Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa
lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR.
Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Menurut
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa
kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya
dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali.
Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian
tersebut. Karena kesulitan dalam
menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak,
hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki
oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir
Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki
keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)
Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah,
beliau berkata dalam kitabnya
Al-Kabaair,
·
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama
sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
·
Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang
hampir saja menghilangkan nyawanya.
·
Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia
hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
·
Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya,
dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya.
·
Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan
bagimu.
·
Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan
apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan
panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang
mengobatimu.
·
Seandainya dipilih antara hidupmu dan
kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang
paling keras.
·
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau
balas dengan akhlak yang tidak baik.
·
Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik
secara sembunyi maupun terang-terangan.
·
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia
sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di
sisimu.
·
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
·
Engkau puas minum dalam keadaan dia
kehausan.
·
Engkau mendahulukan berbuat baik kepada
istri dan anakmu dari pada ibumu.
·
Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah
dia perbuat.
·
Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal
itu adalah urusan yang mudah.
·
Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya
panjang padahal umurnya pendek.
·
Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya
penolong selainmu.
·
Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’
dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
·
Engkau akan disiksa di dunia dengan
durhakanya anak-anakmu kepadamu.
·
Allah akan membalas di akhirat dengan
dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi
tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak bisa
dihitung. Tidak dapat
dibeli oleh uang.
Manusia
mungkin tidak punya kapasitas
untuk menghitung satu demi satu hak-hak yang dimiliki seorang ibu. Islam hanya
menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin menghormati, memuliakan dan
menyucikan kedudukan sang ibu dengan melakukan hal-hal terbaik yang dapat kita
lakukan, demi kebahagiannya.
Begitu
tingginya derajat seorang Ibu sehingga
Allah SWT memuliakannya. Bahwasanya surga
berada dibawah telapak kaki ibu,itu memang benar adanya. Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan
do’anya mengiringi setiap langkah anaknya, niscaya rahmat, taufik dan
pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Bahwa ridla Allah tergantung
kpd keridlaan orang tua. Dalam hadits yg diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam
Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin
Amr dikatakan.
“Arti : Dari Abdillah bin Amr bin Ash
Radhiyallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Ridla Allah tergantung kpd keridlaan orang tua dan murka Allah
tergantung kpd kemurkaan orang tua” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad
(2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]
Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu
ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti
akan terkena do’a ibunya. Wal iyyadzubillaah..
Oleh
karena itu jangan sampai terucap dari lisan ibumu do’a melainkan
kebaikan dan keridhaan untukmu. Karena Allah mendengarkan do’a seorang ibu dan
mengabulkannya. Dan dekatkanlah diri kita pada sang ibu dan ayah, berbaktilah, selagi masih ada
waktu…
Referensi:
http://www.artikelislami.com/2010/04/berbakti-dan-sayang-kepada-ibu.html
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/ibumu-kemudian-ibumu-kemudian-ibumu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar